Oleh : Arham
rodanewsindonesia – Rentetan sejarah telah membuktikan dan menegaskan betapa kuatnya mahasiswa mengubah arah sebuah bangsa. Tragedi demi tragedi tercipta dari tangan-tangan intelek Kampus, mulai dari 1905 berdirinya organisasi Boedi Oetomo sebagai tanda kebangkitan nasional, sampai 1998 gerakan kolektif yang menumbangkan Rezim Orde Baru.
Namun gerakan perlawanan itu kian hari kian berbanding terbalik dengan fakta sejarah yang telah terukir. Gerakan yang memudar akibat perubahan zaman.
Teknologi yang berkembang pesat seakan memudarkan kesadaran kolektif dan membentuk generasi baru dengan watak individual. Hal yang menjadikan kesadaran kritis sebagai sebuah hal yang tabu.
Sehingga kekuasaan semakin leluasa bertindak untuk menyukseskan agenda-agenda yang menguntungkan para penguasa. Penjarahan demi penjarahan dilakukan pada tanah-tanah penghidupan rakyat, namun atas nama pembangunan dan kemajuan, mereka yang terkena imbas tidak dihiraukan.
Hutan, Gunung, bahkan Tanah Adat di lengser dan di libas habis untuk sebuah hilirisasi. Namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah, akan dikemanakan dan untuk siapa semua itu???
Demonstrasi adalah Sebuah Jalan
Ditengah ketidak jelasan keberpihakan Hukum, Mahasiswa harus hadir sebagai kaum Intelek yang memastikan Hukum itu berada pada porsi yang menjaga kedaulatan rakyat demi terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Dengan menyentuh dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh lapisan masyarakat yang pada notabenenya adalah kaum miskin kota ataupun yang termarjinalkan, perlawanan akan kembali tumbuh untuk mencapai cita-cita yang berkemanusiaan.
Bukan hanya itu, stigma bahwa, “Demo biang kemacetan”, akan terjawab dengan sendirinya ketika pelibatan langsung massa rakyat dalam setiap gerakan mahasiswa. Para Bazzer yang selama ini terus berupaya untuk membangun stigma negatif, akan terbungkam dengan sendirinya.
Media Sosial sebagai buah dari perkembangan teknologi, adalah sebuah senjata modern yang harus di pergunakan untuk menyebarkan isu-isu sosial. Namun dibalik itu semua, suara-suara nyaring yang disebar melalui media harus diiringi sebuah gerakan kongkret agar tidak hanya menjadi sebuah narasi kosong yang akan meninabobokan kembali kesadaran yang telah terbangun.
“Penulis Merupakan Kabid PPK, KPPM Periode 2024-2025”
